BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dinamika
merupakan salah satu bagian dari cabang fisika.Apakah yang terjadi jika benda
dikenai gaya? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang pernah kita dengar pada
pembahasan fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan
berubah bentuk, benda akan bergerak hingga benda akan berubah arah geraknya.
Jawaban ini selintas sangat mudah bagi kita yang sudah duduk di kelas X.
Dinamika
partikel adalah cabang dari mekanika yang mempelajari penyebab dari gerak,
yaitu gaya. Gaya adalah sebuah dorongan atau penahanan yang diberikan oleh
seseorang pada sebuah benda, sehingga benda itu dapat bergerak, baik bergerak
konstan maupun tidak konstan atau diam.
1.2
Rumasan Masalah
1) Apa maksud dengan sifat kelembaman
dan hukum kelembaman?
2) Sebutkan dan jelaskan hukum gerak
newton?
3) Jelaskan teori energy?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Agar siswa dapat mempelajari dan
memahami bahwa dinamika partikel sering terjadi di kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Partikel
2.1.1 Sifat
kelembaman & Hukum kelembaman (hukum pertama Newton)
Ketika
berada dalam mobil yang sedang melaju, kita akan terdorong ke depan jika mobil
tiba-tiba direm dan terdorong ke belakang jika mobil tiba-tiba dipercepat. Hal
itu terjadi karena tubuh kita ingin mempertahankan keadaan sebelumnya. Setiap
benda mempunyai sifat ingin mempertahankan keadaannya. Artinya, benda yang diam
cenderung untuk tetap diam dan benda yang bergerak cenderung untuk tetap
bergerak. Sifat seperti ini disebut sifat kelembaman atau inersia benda.
Tahukah kita arti kelembaman? Kelembaman artinya kelambanan atau kemalasan.
Maksudnya, keadaan benda lamban atau malas berubah dari keadaan sebelumnya.
Hukum
pertama newton menyatakan bahwa sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak
dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan
kecuali ada gaya eksternal yang bekerja pada benda itu. Kecenderungan ini
digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu, Hukum pertama Newton seringkali dinamakan hukum kelembaman. Sebelum
Galileo, pada umumnya dipikirkan bahwa gaya, seperti dorongan atau tarikan,
diperlukan untuk mempertahankan benda agar terus bergerak dengan kecepatan
konstan. Dalam pengalaman sehari-hari, jika sebuah buku didorong di atas sebuah
meja kemudian dibiarkan, buku akan meluncur untuk beberapa saat kemudian
berhenti. Galileo, dan kemudian Newton, mengakui bahwa dalam keadaan semacam
itu buku itu tidak bebas dari gaya eksternal karena ada gaya gesekan. Jika kita
memperluas permukaan meja, buku meluncur lebih jauh, dan berkurangnya kecepatan
dalam suatu waktu tertentu lebih kecil. Jika kita topang buku itu pada bantalan
udara yang tipis (hal ini mungkin pada meja udara), buku akan meluncur untuk
waktu dan jarak yang jauh dengan hampir tanpa perubahan nyata dalam
kecepatannya.
Galileo
mempelajari gerakan dengan melakukan eksperimen dimana ia menggelindingkan bola
naik dan turun bidang-bidang miring. Ia menemukan, misalnya, bahwa jika sebuah
bola digelindingkan menuruni bidang miring, kelajuannya bertambah dengan jumlah
yang sama dalam selang waktu yang sama. Contoh lain, sebuah balok yang berada
dalam keadan diam, jika dibiarkan begitu saja (tidak diberi pengaruh luar) maka
balok tersebut akan tetap diam. Balok dapat mengalami perubahan keadaan
geraknya jika kepada balok tersebut bekerja suatu pengaruh luar yang disebut
dengan gaya. Pada dasarnya setiap benda memiliki sifat inert (lembam), artinya bila tidak ada gangguan dari luar
benda cenderung mempertahankan keadaan geraknya. Newton mengartikan keadaan
gerak ini sebagai kecepatan benda. Bila resultan pengaruh dari luar sama dengan
nol, maka kecepatan benda tetap dan benda bergerak lurus beraturan atau diam
jika awalnya memang diam. Dengan demikian pernyataan Aristoteles bahwa gaya
diperlukan untuk mempertahankan gerak tidaklah tepat. Benda bisa saja tetap
bergerak lurus beraturan meskipun tidak ada gaya yang bekerja padanya. Karena
kecepatan adalah besaran relatif, artinya kecepatan bergantung kepada kerangka
acuan yang dipakai, maka pernyataan bahwa kecepatan benda tidak berubah juga
bergantung kepada kerangka acuan. Hukum pertama Newton dirumuskan sebagai
berikut: ”Dalam kerangka inersial, setiap
benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali jika
ia terpaksa mengubah keadaan tersebut oleh gaya-gaya dari lingkungan tempat
benda berada”.
Sebuah
kerangka acuan dimana hukum pertama Newton berlaku dinamakan kerangka acuan
inersial. Tiap kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif
terhadap suatu kerangka acuan inersial adalah juga kerangka acuan inersial.
Suatu kerangka acuan yang terikat pada permukaan bumi sebenarnya bukan kerangka
acuan inersial karena percepatan kecil permukaan bumi (relatif terhadap pusat
bumi) yang disebabkan rotasi bumi, dan karena percepatan sentripetal yang kecil
dari dari bumi itu sendiri sehubungan dengan peredarannya mengelilingi
matahari. Namun, percepatan-percepatan ini berorde 0,01 m/s2 atau kurang,
sehingga dalam pendekatan yang baik, kerangka acuan yang terikat pada permukaan
bumi adalah kerangka acuan inersial.
2.1.2 Hukum Newton tentang gerak
Hukum
tentang gerak dan penyebabnya sudah mulai dikaji sejak zaman Aristoteles
(384-322 SM). Aristoteles menganggap bahwa suatu gaya, baik berupa tarikan
maupun dorongan diperlukan untuk menjaga suatu benda bergerak. Pada generasi
berikutnya lahir ilmuan seperti Copernikus, brahe, dan kepler yang banyak
menawarkan model analisis gerak benda-benda langit. Galileo bahkan telah
memperkenalkan suatu besaran yang ia namai sebagai kuantitas gerak. Besar inilah yang kini dikenal sebagai momentum.
Pada tahun meninggalnya Galileo lahirlah Issac Newton yang kemudian menjadi
orang pertama yang berhasil memberikan penjelasan secara mendasar tentang
hukum-hukum gerak melalui ketiga hukumnya yang terkenal. Hukum newton, meskipun
tampak sangat sempurna, namun masih didapati bahwa hukum-hukum tersebut tidak
berlaku universal, namun masih membutuhkan modifikasi untuk benda pada
kecepatan sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya) dan untuk benda dengan
ukuran yang sangat kecil (atom). Hukum gerak Newton ada 3 yaitu:
a. Hukum Gerak pertama Newton
Aristoteles
(384-322 SM) percaya bahwa diperlukan sebuah gaya untuk menjaga agar sebuah
benda tetap bergerak sepanjang bidang horizontal. Ia mengemukakan alasan bahwa
untuk membuat sebuah buku bergerak melintasi meja, kita harus memberikan gaya
pada buku tersebut secara kontinu. Menurut Aristoteles, keadaan alami sebuah
benda adalah diam, dan dianggap perlu adanya gaya untuk menjaga agar benda
tetap bergerak. Lebih jauh lagi. Aristoteles mengemukakan, makin besar gaya
pada benda, makin besar pula lajunya. Kira-kira 2000 tahun kemudian, Galileo
mempertanyakan pandangan-pandangan Aristoteles ini dan menemukan kesimpulan
yang sangat berbeda. Galileo mempertahankan bahwa sama alaminya bagi sebuah
benda untuk bergerak dalam keadaan diam. Pemikiran Galileo yang jenius untuk
membayangkan dunia yang ideal seperti itu dalam hal ini, dunia dimana tidak ada
gesekan dan untuk melihat bahwa hal ini bisa menghasilkan pandangan yang lebih
berguna mengenai dunia nyata. Idealisasi inilah yang kemudian membuatnya sampai
pada kesimpulan hebatnya bahwa jika tidak ada gaya yang diberikan kepada benda yang
bergerak, benda itu akan terus bergerak dengan laju konstan dengan lintasan
yang lurus. Sebuah benda melambat hanya jika ada gaya yang diberikan gesekan
kepadanya. Dengan demikian, Galileo menganggap gesekan sebagai gaya yang sama
dengan dorongan atau tarikan biasa.
Perbedaan
antara sudut pandang Aristoteles dan Galileo tidak berarti salah satu salah
atau betul. Pandangan Aristoteles tidak sepenuhnya salah, karena pengalaman
kita sehari-hari menunjukkan bahwa benda yang bergerak cenderung berhenti jika
tidak didorong terus menerus. Perbedaan sebenarnya terletak pada kenyataan
bahwa pandangan Aristoteles mengenai “keadaan alami” sebuah benda pada intinya
merupakan pernyataan final tidak mungkin ada perkembangan selanjutnya. Dipihak
lain, analisis Galileo dapat diperluas dan menjelaskan lebih banyak fenomena,
dan memberikan teori kuantitaf yang memungkinkan ramalan-ramalan yang dapat
dibuktikan. Dengan melakukan lompatan kreatif dalam membayangkan situasi tidak
ada gesekan yang secara eksperimental tidak dapat dilakukan, dan dengan
menganggap gesekan sebagai gaya, Galileo bisa mencapai kesimpulan bahwa sebuah
benda akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan jika tidak ada gaya yang
bekerja untuk merubah.
Berdasarkan
penemuan ini, Isaac Newton membangun teori geraknya yang terkenal. Analisis
Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak”-nya yang terkenal.
Dalam karya besarnya, principia (diterbitkan tahun 1687), Newton menyatakan
terima kasihnya kepada Galileo. Pada kenyataannya, hukum gerak Newton pertama
sangat dekat dengan kesimpulan Galileo. Hukum tersebut menyatakan bahwa:
“
Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap
sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol ” Kecenderungan sebuah benda untuk
mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut
inersia. Dengan demikian hukum Newton pertama sering disebut hukum inersia.
Hukum I
Newton menyatakan: “Bila benda tidak
menderita gaya luar maka benda itu tetap dalam keadaan stasioner ”. Benda
disebut dalam keadaan stasioner bila
benda itu dalam keadaan diam atau melakukan gerak
lurus beraturan (GLB). Kata tetap
berarti bila tanpa gaya luar yang bekerja padanya maka benda tetap diam atau
GLB. Artinya, setiap benda cenderung mempertahankan keadaannya alias malas berubah atau bersifat lembam
(inersia). Jadi Hukum 1 Newton bermakna pula bahwa setiap benda selalu memiliki
sifat lembam karena cenderung mempertahankan keadaannya. Contoh dari
keberlakuan hukum ini adalah benda-benda angkasa yang melayang karena tidak
berinteraksi dengan benda apapun disekitarnya sehingga keadaan gerak dari benda
itu selalu stasioner. Buku yang selalu diam di atas meja bila tidak ada
seseorang yang memindahkannya juga merupakan contoh berlakunya Hukum 1 Newton.
Bila seorang penumpang bus terlempar ke depan karena bus direm mendadak, ada
yang menyebut bahwa penumpang itu terlempar ke depan karena dorongan gaya hantu
(the devil force). Namun sebenarnya
hal itu termasuk contoh berlakunya Hukum 1 Newton, sebab ketika tanpa gaya
luar, penumpang itu cenderung mempertahankan keadaannya, yaitu melakukan GLB,
terbukti dia terlempar ke depan. Jika menderita N buah gaya, masing-masing Fi
(i=1,2,3,…N), maka Hukum I Newton
secara matematis dapat dinyatakan:
(dalam Trikuntoro: 70)
b. Gaya, massa, dan Hukum kedua Newton
Hukum
pertama dan kedua Newton dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya adalah
suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya,
artinya dipercepat. Arah gaya adalah arah percepatan yang disebabkannya jika
gaya itu adalah satu-satunya gaya bekerja pada benda tersebut. Besarnya gaya
adalah hasil kali massa benda dan besarnya percepatan yang dihasilkan gaya.
Definisi gaya ini sesuai dengan konsep intuitif kita tentang gaya sebagai suatu
dorongan atau tarikan seperti yang dilakukan otot kita. Secara eksperimen telah
,ditemukan bahwa jika dua atau lebih gaya bekerja pada benda yang sama,
percepatan benda adalah sama seperti jika benda dikenai gaya tunggal yang sama
dengan penjumlahan vektor gaya-gaya itu sendiri. Artinya, gaya-gaya dijumlahkan
sebagai vektor-vektor.
Massa
adalah sifat intrinsik sebuah benda yang mengukur resistensinya terhadap
percepatan. Rasio dua massa dapat didefinisikan sebagai berikut. Jika gaya F dikerjakan pada benda bermassa m1, dan menghasilkan
percepatan a1, maka:
1
1
Jika gaya yang sama dikerjakan pada
benda kedua yang massanya m2,
dan menghasilkan percepatan a2, maka
2
2
Dengan menggabungkan
persamaan-persamaan ini, kita dapatkan:
1
1 2 2
Atau
(dalam Tipler : 91)
Jadi rasio
massa dua benda didefinisikan dengan menerapkan gaya yang sama pada
masing-masing benda dan membandingkan percepatannya. Definsi ini sesuai dengan
konsep intuitif kita tentang massa.
Sebagai
contoh, jika sebuah benda lebih besar dibanding benda lainnya sesuai dengan
penggunaan istilah sehari-hari, kita akan mendapatkan bahwa sebuah gaya
menghasilkan percepatan yang lebih kecil pada benda yang lebih masif. Secara
eksperimen, kita dapatkan bahwa rasio percepatan a1/a2
yang dihasilkan oleh gaya yang sama yang bekerja pada dua benda tidak bergantung pada jenis gaya yang
digunakan, artinya tidak peduli apakah gaya tersebut disebabkan pegas, gaya
tarik gravitasi, gaya tarik atau gaya tolak listrik atau magnet, dan seterusnya.
Kita juga mendapatkan bahwa jika massa m2
ternyata dua kali massa m1
lewat perbandingan langsung dan jika massa ketiga m3 didapatkan 4 kali massa m1, maka m3
akan menjadi dua kali massa m2
jika kedua massa itu dibandingkan secara langsung. Karena itu kita dapat
membentuk suatu skala massa dengan memilih satu benda tertentu sebagai standar
dan menetapkannya sebagai massa 1 satuan. Benda standar internasional adalah
sebuah silinder campuran platinum yang disimpan di internasional Bureau of
Weights and Measures di Sevres, Perancis. Massa benda standar itu adalah 1
kilogram, yaitu satuan SI untuk massa.benda standar dapat digunakan untuk
menghasilkan standar kedua dengan pembandingan langsung, dan massa tiap benda
lain kemudian dapat dicari dengan membandingkan percepatan yang terjadi padanya
oleh gaya tertentu dengan percepatan yang dihasilkan pada standar kedua
itu. Massa sebuah benda merupakan sifat
intrinsik benda yang tidak bergantung pada lokasi benda. Artinya, massa sebuah
benda tetap sama apakah benda itu di bumi, di bulan, atau di angkasa luar.
Gaya yang
diperlukan untuk menghasilkan percepatan 1 m/s2 pada benda standar
didefinisikan sebagai 1 Newton (N). dengan cara sama, gaya yang menghasilkan
percepatan 2 m/s2 pada benda standar itu didefinisikan sebagai 2 N.
Hukum
Newton II menyatakan hubungan antara gaya dan perubahan keadaan gerak secara
kuantitatif. Newton menyebutkan bahwa kecepatan perubahan kuantitas gerak suatu
partikel sama dengan resultan gaya yang bekerja pada partikel tersebut. Dalam
bahasa kita sekarang kuantitas gerak yang dimaksudkan oleh Newton diartikan
sebagai momentum p yang didefinisikan sebagai berikut p = mv
dengan m adalah massa partikel dan v adalah kecepatannya. Dalam mekanika klasik
pada umumnya massa partikel adalah tetap, hukum II Newton dituliskan sbb:
Atau
=
(dalam )
c. Hukum ketiga Newton
Hukum III
Newton juga sering disebut hukum aksi reaksi. Untuk memahami hukum aksi reaksi
kita perhatikan gambar berikut :
Seekor
katak sedang berdiri di atas papan beroda. Si katak memegangi tali yang
dihubungkan dengan sebuah tiang yang kukuh. Jika si katak menarik tali dengan
gaya F (arah ke kanan), si katak akan bergerak ke kiri. Hal itu berarti pasti
ada gaya yang arahnya ke kiri (F1). Jika gaya F disebut gaya aksi, gaya F1
disebut gaya reaksi. Gaya F dan F1 disebut pasangan gaya aksi reaksi. Keadaan
seperti itu dikenal dengan hukum III Newton. Secara lengkap, Newton menyatakan
bahwa jika benda pertama mengerjakan gaya aksi pada benda kedua, benda kedua
memberikan gaya reaksi pada benda pertama yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan.
Pada
gambar di atas, gaya tarik F diteruskan oleh tali sampai ke tiang. Setelah
mengenai tiang, gaya F berubah menjadi gaya F2. Secara umum, besar gaya F tidak
sama dengan F2. Jadi, gaya F1 dan F2 bukanlah pasangan gaya aksi reaksi. Karena
ditarik tali dengan gaya F2, tiang memberi reaksi dengan gaya F3. Dalam hal ini,
gaya F2 dan F3 merupakan pasangan gaya aksi reaksi.
a) Pasangan gaya aksi dan reaksi
bekerja pada dua benda yang berlainan, pasangan yang bekerja pada satu benda
bukan merupakan pasangan gaya aksi dan reaksi.
b) Besar gaya aksi sama dengan gaya
reaksi, tetapi arahnya berlawanan. Perlu diperhatikan bahwa pasangan gaya aksi
dan reaksi selalu muncul secara bersamaan. Jadi, keduanya dapat saling
dipertukarkan, tergantung darimana kita memandangnya. Namun, dalam soal-soal
fisika biasanya disebutkan bahwa yang kita lakukan disebut gaya aksi. Peristiwa
sehari-hari yang menunjukkan adanya gaya aksi-reaksi adalah sebagai berikut:
Ø Jika tangan kita menghantam dinding,
kita tentu merasa kesakitan. Makin keras kita menghantam, rasa sakitnya semakin
bertambah. Hal ini terjadi karena dinding memberikan reaksi terhadap aksi yang
kita lakukan.
Ø Agar dapat melompat tinggi, seorang
pemain basket harus menjejakkan kakinya ke tanah kuat-kuat. Hal itu berarti ia
memberi gaya aksi pada tanah. Karena diberi gaya aksi, tanah memberikan gaya
reaksi. Gaya reaksi dari tanah itulah yang menyebabkan pemain basket itu
terangkat (meloncat). Demikian pula yang terjadi pada orang yang berjalan. Pada
saat berjalan, ia menekan tanah ke belakang. Dengan kata lain, ia memberi gaya
aksi pada tanah. Akibatnya, tanah memberi gaya reaksi kepada orang itu. gaya
reaksi inilah yang mendorong orang ke depan (berjalan maju).
Hukum III
Newton, menyatakan: “sistem terisolasi
yang melibatkan 2 benda, maka gaya aksi (Faksi) oleh benda 1 sama
besar dan berlawanan arah dengan gaya reaksi (Freaksi) oleh benda
2”.
Secara matematika, Hukum III Newton
dinyatakan oleh kaitan:
(dalam Tri
kuntoro : 72)
Cirinya,
pasangan gaya itu saling berinteraksi (saling panah) dan pusat massa dari kedua
benda itu diam.
Keberlakuan
Hukum III Newton dapat diuraikan dari hukum kekekalan momentum linear. Ditinjau
sistem terisolasi (sistem yang tidak
menderita gaya luar) yang terdiri dari 2 buah massa masing-masing m1 dan m2. Berhubung tidak ada gaya luar yang mempengaruhi
sistem itu maka gaya yang diderita oleh m1
hanya diakibatkan oleh m2,
dan sebaliknya.
Itu berarti terdapat interaksi timbal-balik antara m1 dengan m2.
Mengingat sistem dalam keadaan terisolasi bermomentum linear sistem itu tetap (Ptotal =tetap), berarti
perubahan momentum linearnya (ΔPtotal)
adalah nol. Itu merupakan pernyataan dari hukum kekekalan momentum linear. ΔPtotal
disumbang oleh perubahan momentum linear pada m1 (= ΔP1) dan
pada m2 (= ΔP2). Selanjutnya dapat
ditulis ΔPtotal = ΔP1 + ΔP2 = 0. Berikutnya, kaitan antara
perubahan momentum m1 dengan
m2
dapat ditulis:
(dalam Tri
Kuncoro : 73)
Jika
persamaan diatas dibagi dengan selang waktunya (Δt), bentuknya menjadi:
Ketika
selang waktu itu mendekati nol, maka , dan , di mana bentuk (= F12) tidak lain adalah gaya
yang diderita m1 karena
berinteraksi dengan m2,
sedangkan (= F21) merupakan gaya diderita m2 karena berinteraksi dengan m1, yang selanjutnya dipenuhi kaitan:
(dalam Tri
kuntoro : 74)
Lambang F12
merupakan gaya diderita m1
yang disebut gaya aksi,
sedangkan F21 disebut gaya reaksi.
Contoh
peristiwa yang mengacu Hukum III Newton adalah seseorang mendorong dinding dan dinding tetap berdiri kokoh. Pada
peristiwa ini yang merupakan sistem terisolasi adalah orang dan dinding,
sedangkan pemberi gaya aksi (oleh orang) dan gaya reaksi (oleh dinding) yang
tetap kokoh berdiri. Semakin besar gaya aksi diberikan oleh orang menyebabkan
semakin besar pula gaya reaksi oleh dinding. Gaya reaksi ( oleh dinding) selalu
berlawanan arah dengan gaya aksi (oleh orang). Pusat massa dua benda (orang dan
dinding) itu diam sehingga pada peristiwa itu keduanya diam. Namun bila dinding
yang didorong itu runtuh maka Hukum III Newton tidak berlaku lagi dan yang
berlaku sekarang adalah Hukum II Newton. Keberlakuan Hukum II Newton disebabkan
pada peristiwa ini gaya yang diberikan pada dinding sebanding dengan percepatan
dinding yang runtuh.
Ciri
khusus dari keberlakuan Hukum III Newton adalah adanya pasangan gaya aksi reaksi serta pusat massa
dari dua benda yang berinteraksi itu diam. Contoh kasus ini buku diatas meja
menampilkan gaya berat buku ( W ) dan gaya angkat oleh meja terhadap buku
(disebut gaya normal N). antara W dengan N bukanlah pasangan gaya aksi reaksi.
Gaya berat pada buku bekerja di pusat massa buku, sedangkan gaya normal berasal
dari permukaan meja. Pada kasus ini yang merupakan gaya aksi reaksi adalah
antara W dengan gaya gravitasi bumi (Fg). Fg bekerja di titik pusat massa bumi.
Sementara W dengan Fg merupakan pasangan gaya aksi dengan gaya reaksi dan
sesuai dengan Hukum III Newton. Jadi sesuai dengan Hukum III Nerwton dapat
dinyatakan bentuk pasangan gaya: buku menarik bumi dan bumi menarik buku.
Interaksi positron (bermuatan listrik positif) dengan electron (bermuatan
listrik negative)juga sesuai dengan Hukum III Newton. Pada peristiwa itu
positron dan electron berinteraksi oleh gaya coulomb. Keduanya bergerak saling
mendekat namun pusat massa kedua partikel itu diam.
2.1.3 Teori
Energi
Energi
adalah ukuran dari perubahan yang diberikan pada suatu sistem. Energi dapat
dipindahkan secara mekanis ke suatu benda ketika suatu gaya melakukan usaha
pada benda tersebut. Jumlah energi yang diberikan pada suatu benda melalui
suatu gaya pada suatu jarak setara dengan usaha yang dilakukan. Lebih lanjut,
ketika suatu benda melakukan usaha, benda tersebut melepaskan energi sebesar
usaha yang dilakukan. Karena perubahan dapat dipengaruhi oleh banyak cara yang
berbeda, terdapat banyak variasi bentuk dan energi. Semua energi, termasuk
usaha, memiliki satuan yang sama, yaitu joule. Energi adalah besaran skalar.
Benda yang dapat melakukan usaha memiliki energi. Energi bersifat penting
karena dua hal. Pertama, energi merupakan besaran yang kekal. Kedua, energi
merupakan konsep yang tidak hanya berguna dalam mempelajari gerak, tetapi juga
pada semua bidang fisika dan ilmu lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cabang dari ilmu mekanika yang meninjau
gerak partikel dengan ,meninjau penyebab gerak nya dikenal sebagai dinamika
Hukum
I Newton
Hukum kelembaman (F=0)
Hukum
II Newton
a =f/m atau Ʃf =
m.a
Hukum III Newton
F aksi = - F reaksi
·
macam-macam
gaya : gaya gesekan, gaya berat, gaya sentripetal dan gaya normal
3.2 Saran
Jangan bosan untuk mempelajari dinamika
partikel, karena kita sangat membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Buece,
J. Frederick. 2006. Fisika Universitas. Edisi Kesepuluh.
Jakarta : Erlangga.
Giancoli.2001.
Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Paul,
Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan Teknik Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Priyabodo,
Tri Kuntoro, dkk. 2009. Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu Komputer dan
Informatika. Yogyakarta : ANDI.